PRAMUKA ANTARA MINAT DAN MODERNITAS
APA ITU PRAMUKA?
Bahasan pertama tentu saja kembali kepada
definisi. Apa sesungguhnya pramuka itu dan untuk apa didirikan. Menurut
Wikipedia, Pramuka atau yang disebut dengan Scout Movement
adalah gerakan pemuda sedunia yang dimaksudkan untuk mendukung anak-anak
muda dalam perkembangan fisik, mental dan spiritualnya sehingga mereka
dapat melakukan membangun masyarakat. Pramuka dimulai sejak tahun 1907
dan diprakarsai oleh Robert Baden-Powell, seorang letnan jenderal
Inggris. Kegiatan pramuka ditekankan pada kegiatan outdoor yang
meliputi berkemah, keterampilan dari kayu, keterampilan dalam air,
mendaki gunung dan olahraga. Semua anggota pramuka harus menaati Scout Promise and Law[1] yang setara dengan Tri Satya dan Dasa Dharma di kepramukaan Indonesia.
Gerakan pramuka masuk ke Indonesia semenjak tahun 1912 yang dibawa
oleh bangsa Belanda. Awalnya organisasi pramuka pertama bernama NIPV
(Nederland Indische Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu
Hindia Belanda).[2]
Kemudian, para pemimpin nasional pun mulai membentuk organisasi pramuka
untuk menjadi kader pergerakan nasional. Istilah Padvindery pun
dilarang dan munculah istilah Pandu atau Kepanduan. Pada tahun 1961,
dikarenakan 80% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 75% adalah
petani maka Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka menganjurkan
supaya para pramuka mengadakan kegiatan di bidang pembangunan desa. Pada
saat itu, yang menjabat sebagai Kepala Kwarnas adalah Sri Sultan
Hamengkubuwono IX yang kemudian dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia.[3]
Berbeda dengan Scout Movement di luar negeri yang memisahkan antara
Boy Scout (laki-laki) dan Girl Guide (perempuan), untuk Indonesia,
pramuka laki-laki dan perempuan berada di wadah yang sama hanya dengan
nomor gugus depan yang berbeda saja. Gugus depan ganjil adalah gugus
depan laki-laki sedangkan gugus depan genap adalah gugus depan
perempuan. Di luar negeri, pramuka di bagi berdasarkan umur dengan nama
yang berbeda (Cub Scout, Boy Scout, Rover Scout) di Indonesia, tingkatan
umur dibedakan dengan tingkatan pramuka berupa siaga, penggalang,
penegak dan pandega.
Aturan dasar dan kompetensi yang harus dimiliki seorang pramuka tertulis dalam Pancasila, Tri Satya dan Dasa Dharma[4] (untuk penggalang,penegak dan pandega):
TRI SATYA
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
DASA DHARMA
Pramuka itu :
Tujuan kepramukaan sendiri seperti yang tertulis di website pramuka Indonesia adalah[5] :
Gerakan Pramuka sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan Indonesia
yang merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk membina kaum
muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, social,
intelektual dan fisiknya, agar mereka bisa:
KEANGGOTAAN DAN STRUKTUR ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA INDONESIA
Hal lain yang menjadi pertanyaan besar bagi saya ketika kecil adalah
saya dulu sempat menjadi pramuka siaga ketika kelas 1-3 SD/MI dan sekali
naik pangkat dari Siaga Mula menjadi Siaga Bantu dan kemudian ketika
saya kelas 4-6 SD/MI saya otomatis menjadi Pramuka Penggalang. Di
tingkat Penggalang pun saya hanya sampai pada naik tingkat dari
Penggalang Ramu menjadi Penggalang Rakit dan tidak lagi melanjutkan pada
Penggalang Terap. Yang membingungkannya lagi, tampaknya tidak ada
pencatatan khusus dari pembina saya mengenai kenaikan pangkat saya
menjadi penggalang yang lebih tinggi dan pemberian TKK (tanda kecakapan
khusus) juga diberikan begitu saja. Apakah ada pencatatannya tentang
jabatan kepramukaan dan TKK yang saya dapat? Apa sebenarnya kompetensi
yang harus dimiliki dan apakah pengujinya kompeten untuk menguji anak
didiknya? Mungkin bagi anak-anak SD yang kerjaannya hanya ‘main-main’
bisa saja standard kompetensi tidak menjadi masalah, tapi bagaimana
dengan pramuka-pramuka ditingkat penegak dan pandega? Apakah ada
kelanjutannya dan berpengaruhkah hal ini kepada minat anak-anak didik?
Untuk menjawab pertanyaan di atas mari kita kaji ulang mengenai keanggotaan dan struktur organisasi pramuka Indonesia.
Berikut ini skema keanggotaan dalam gerakan pramuka[6]:
Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka no. 203 tahun
2009, telah diatur tentang pengertian keanggotaan yang dimaksud adalah
anggota dalam Gerakan Pramuka.
Anggota Gerakan Pramuka adalah perseorangan warga negara Indonesia
yang secara sukarela dan aktif mendaftarkan diri sebagai Anggota Gerakan
Pramuka, telah mengikuti program perkenalan kepramukaan serta telah
dilantik sebagai anggota.
Anggota Gerakan Pramuka terdiri atas:
a. Anggota Biasa
Anggota Biasa Gerakan Pramuka terdiri atas:
1 1. Anggota muda :
Siaga (7-10 tahun, dengan tingkatan Mula, Bantu dan Tata),
Penggalang (11-15 tahun, dengan tingkatan Ramu, Rakit dan Terap),
Penegak (15-18 tahun dengan tingkatan Bantara dan Laksana),
dan Pandega (18-22 tahun yang akan membentuk satuan di tingkat gugus depan bernama Racana).
2 2. Anggota dewasa : anggota biasa yang berusia di atas 25 tahun.
Anggota dewasa terdiri atas:
a. Anggota Dewasa biasa : anggota dewasa yang masih
aktif sebagai fungsionaris dalam organisasi, yaitu: Pembina, Pelatih,
Pembina Profesional, Pamong Saka, Instruktur Saka, Andalan dan pembantu
andalan, Mabi, Staf/ Karyawan Kwartir.
b. Anggota Mitra : anggota dewasa yang tidak aktif sebagai fungsionaris dalam organisasi
b. Anggota Luar Biasa
adalah warga Negara asing yang menetap untuk sementara Waktu di Indonesia yang bergabung dan aktif dalam kegiatan kepramukaan.
c. Anggota Kehormatan
Adalah perorangan yang berjasa luar biasa terhadap Gerakan Pramuka dan kepramukaan.
Berikut adalah struktur organisasi gerakan pramuka :
Jadi, sesungguhnya struktur organisasi yang ada sekarang sudah cukup
baik dan sangat membantu para anggotanya untuk terus berkarya sesuai
dengan jenjang umurnya sebagai anak muda. Tingkatan pramuka yang ada
dibagi berdasarkan tingkatan umur. Entah sudah naik pangkat atau belum
dalam tingkat siaga, setelah umur 10 tahun, seorang pramuka otomatis
akan naik menjadi penggalang, sesuai dengan jenjang umurnya karena
kompetensi yang berbeda-beda di tingkatan umur yang berbeda.
Kenaikan pangkat sesungguhnya juga bukannya tanpa standard melaikan
ada standard kompetensi yang harus diikuti yang disebut SKU (Syarat
Kecakapan Umum). SKU adalah syarat kecakapan yang wajib dimiliki setiap
anggota pramuka sebagai prasyarat untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum
yang berupa kenaikan pangkat (contoh : dari siaga mula menjadi siaga
bantu). Selain daripada SKU ada juga Syarat Kecakapan Khusus yang akan
mendapat imbalan Tanda Kecakapan Khusus (TKK). TKK sifatnya optional.
Tapi bagi saya yang dulu sangat senang pamer prestasi, pengejaran TKK
sebelum pelantikan menjadi hal wajib yang perlu dikejar.
MODERNITAS DAN KURANGNYA MINAT AKAN PRAMUKA
Sekarang, mari kita masuk kepada isu utama tentang
berkurangnya minat pemuda-pemudi akan kegiatan kepramukaan seiring
dengan berkembangnya zaman. Setiap tahunnya, saya dan keluarga akan
pergi ke Klaten dari Jakarta menggunakan jalan darat alias mobil.
Sewaktu saya kecil, saya seringkali melihat para pramuka (mungkin
tingkatan penegak dan pandega) yang membantu para polisi utnuk mengatur
lalu lintas dikarenakan padatnya lalu lintas di saat musim mudik.
Seiring berjalannya waktu, saya sudah tidak pernah melihat lagi para
anak-anak pramuka ini berkeliaran membantu sana-sini.
Tidak hanya itu, kegiatan pramuka di almamater saya sendiri sudah
seperti mati. Dulu, pembina pramuka yang melatih saya sangat kompeten
dan memang mengerti mengenai kegiatan kepramukaan dan bahkan berperan
serta dalam kegiatan-kegiatan setingkat Kwartir Cabang atau bahkan
Nasional. Mungkin memang pembina pramuka putri bukanlah seorang yang
kompeten dan hanya seorang guru yang membantu menjalankan kegiatan
kepramukaan, tapi hal tersebut tidak menjadi kendala ketika kami
memiliki 3-4 pembina putra yang memang kompeten di bidang ini. Pramuka
yang kami jalankan benar-benar sesuai dengan standard kompetensi yang
tertulis di SKU dan pelantikan juga dilaksanakan tiap tahun. Setiap
anggota yang SKUnya sudah terisi penuh bisa meminta untuk dilantik
menjadi pramuka tahap selanjutnya di hari pelantikan yang sudah
ditentukan yaitu ketika PERSAMI tahunan. Kami juga banyak mengikuti
Jambore dan PERSAMI di tingkat nasional. Kami pun mengikuti beberapa
lomba setingkat Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang. Berbeda dengan
pramuka yang saya liat sekarang ada di almamater saya. Mereka cenderung
hanya diajari tali-temali, baris-berbaris dan menyanyi lagu-lagu hymne
sehingga popularitasnya menurun dan digantikan dengan kegiatan lain yang
dirasa lebih bermanfaat seperti Dokter Kecil atau les-les musik dan
menyanyi.
Modernitas juga seakan sudah menelan asyiknya kegiatan pramuka. Dulu
saya yang sangat senang akan berinteraksi dengan alam bebas, benar-benar
senang setiap hari sabtu datang. Bukan karena sekolah yang hanya
setengah hari (dulu sekolah masih dilaksanakan 6 hari dalam seminggu)
tapi karena sorenya kami akan melakukan kegiatan pramuka. Menurut saya
kala itu, bisa hidup di alam liar betul-betul keahlian yang sangat
diperlukan dan menurut bahasa anak muda sih, keren banget. Kami juga
belajar disiplin dengan latihan baris-berbaris serta kekompakan tim
dengan berbagai aksi tongkat yang kami lakukan. Kami juga belajar dasar
pertolongan pertama serta tinggal di alam liar.
Menurut saya juga, generasi zaman sekarang cenderung manja dan tidak
bisa dilepas seandainya ada keadaan darurat. Saya yang sejak kecil
terbiasa tidur di tenda dan lantai, tidak punya masalah ketika harus
berpergian sana-sini dan harus tidur di kondisi apapun. Banyak teman
saya yang menurut saya terlalu manja yang harus tidur di atas kasur atau
tidak bisa tidur di kendaraan. Lucunya lagi, anak-anak zaman sekarang
terlalu bergantung pada teknologi. Pernah suatu ketika saya bepergian
dengan teman-teman dengan mobil di Irlandia. Untuk saya, membaca peta
dan menghapal arah jalan sudah menjadi hal yang biasa. Lucunya,
teman-teman saya lebih percaya pada GPS. Perjalanan yang harusnya hanya
memakan waktu setengah jam menjadi tiga kali lipat lamanya karena
percaya pada GPS. Saya sempat takut karena GPS bukan megarahkan pada
jalan antar kota yang cukup ramai tapi malah membawa kami ke desa-desa
yang tidak jelas. Untung saja waktu itu GPSnya terus berfungsi satu
setengah jam non-stop dan tidak mati seperti waktu kami pergi.
Sejujurnya menurut data sensus tiga tahunan WOSM (World Organization
of Scout Movement) 2010, Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah
pramuka tertinggi sedunia yaitu sejumlah 17,100,000 orang dan saya belum
menemukan data berarti mengenai berkurangnya anggota pramuka secara
signifikan dari tahun ke tahun. Namun pergeseran opini masyarakat
mengenai pramuka terutama di Jakarta sangatlah nyata[7][8].
Menurut pengamatan saya dan beberapa pendapat teman-teman, kurangnya
minat anak-anak muda zaman sekarang akan pramuka disebabkan oleh
beberapa hal :
Yup, ini pendapat banyak orang mengenai keadaan pramuka zaman
sekarang. Banyak sekali sekolah-sekolah yang mengadakan kegiatan
ekstra-kurikuler pramuka namun dengan pembina yang kurang kompeten. Hal
ini mengakibatkan kegiatan yang ada tidak lagi berdasarkan pada
kompetensi yang tertulis di SKU tapi hanyalah kegiatan senang-senang dan
bermain dengan alam. Pramuka sesungguhnya mengajarkan KETERAMPILAN yang
tidak diajarkan di sekolah seperti morse, semaphore, sandi dan juga
P3K. Seorang pembina pramuka yang dulunya juga menjalani pramuka sampai
tingkat pandega akan memiliki kompetensi yang baik dan bisa
meneruskannya. Kebanyakan ekskul pramuka terutama di Jakarta tidak
dibina oleh seorang pembina yang kompeten dan bersemangat menanamkan
nilai kepramukaan pada anak didiknya.
Kebanyakan orang tua jaman sekarang sangat ‘over-protective’ terhadap
anak-anaknya. Orang tua jarang membiarkan anaknya untuk pergi berkemah
dalam kelompok dan sangat takut anaknya nati akan sakit karena tidur di
luar selama beberapa hari. Saya dulu juga teringat ketika masa-masa
kelas 4 SD/MI ikut berkemah ke sana kemari. Ibu sangat khawatir dan
membawakan barang macam-macam yang menurut saya berlebihan. Kadang saya
minta saran kepada ayah akan barang apa saja yang dibutuhkan sehingga
barang-barang akan lebih ringan. Ayah senang mengajarkan anaknya hidup
prihatin dan seadanya sehingga siap menghadapi segala kemungkinan
terburuk. Ketika berkemah, ternyata apa yang ditakutkan orang tua saya
tidaklah seseram yang dibayangkan. Pembina mengajarkan bagaimana
bertahan hidup ketika di alam liar termasuk menggunakan tongkat untuk
bermacam-macam keperluan ketika memanjat gunung. Mulai dari menjadikan
tongkat sebagai alat bantu jalan, sampai menggabungkan beberapa tongkat
menjadi satu dengan simpul tertentu untuk membangun jembatan atau tenda
kecil.
Kadang hal ini juga bukan hanya sepihak dari orang tua tapi dari guru
itu sendiri. Karena pembinanya kurang kompeten, biasanya mereka akan
takut untuk membawa anak-anak ke alam bebas karena sang guru sendiri
tidak punya bekal cukup untuk survival atau berkemah. Mereka takut kena
damprat orang tua kalau-kalau terjadi sesuatu yang salah ketika
berkemah. Semangat kepramukaan yang kurang kuat dalam diri pembina
membuat pembina ragu-ragu untuk membawa anak-anak berkemah ke dunia yang
agak sedikit liar. Paling juga mengajak anak-anak ke bumi perkemahan
yang reputasinya jauh lebih baik.
Ada masalah lagi yang muncul dari bumi perkemahan. Seorang teman saya
sempat kapok mengikuti pramuka karena pernah ikut berkemah di Bumi
Perkemahan Cibubur. Di sana banayk orang berjualan dan menjadikan
berkemah tidak lagi mengasyikkan karena kurangnya paparan dengan alam
liar. Belum lagi Bumi Perkemahan Cibubur tidak hanya dipakai untuk
berkemah tapi juga dijadikan tempat untuk kongser dangdut dan hajatan.
Hal ini membuat bumi perkemahan tidak lagi layak sebagai sarana membantu
anak-anak pramuka punya potensi belajar keterampilan di alam liar.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, di zaman modern ini, anak-anak
cenderung malas pergi keluar dan mencari petualangan di luar rumah.
Adanya PlayStation, Nintendo Wii, PC membuat anak-anak merasa senang
terkurung di rumahnya sendiri. Anak-anak zaman dulu yang senantiasa
mengadakan eksplorasi ke hutan-hutan sudah tidak ada lagi. Mendapatkan
High-score di online game menjadi jauh lebih menarik ketimbang
eksplorasi harta karun di kebun-kebun dekat rumah. Keterampilan untuk
membangun tenda dan menggunakan berbagai sandi dan simpul yang dulu saya
anggap keren sudah dianggap ketinggalan zaman. Signifikansinya juga
sudah berkurang karena anak-anak cenderung malas pergi ke alam liar dan
berkurangnya hutan-hutan yang menarik untuk dikunjungi karena adanya
penebangan liar dan pengubahan hutan-hutan dekat kota menjadi pemukiman.
Kecuali ada kecelakaan pesawat parah dan anda terdampar di suatu pulau
tanpa sinyal handphone mungkin keterampilan itu baru akan digunakan.
Memang kegiatan pramuka pada dasarnya adalah keterampilan di alam
liar dan berbagai macam keterampilan fisik lainnya. Ya benar, untuk
tingkat siaga dan penggalang. Harusnya penanaman nilai pramuka ini sudah
ditanamkan dari sejak tingkat siaga bahwa pramuka nantinya juga akan
meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan juga meningkatkan kesadaran
sosial. Pramuka juga membantu sesama, mengadakan event-event dan juga
melaksanakan bakti sosial. Hal ini yang rasanya kurang ditanamkan kepada
anggota-anggota pramuka. Ketika saya menjabat sebagai pramuka
penggalang saya sudah ikut dua kali bakti sosial ke desa tertinggal.
Kami menyumbang dana dan pakaian ke masyarakat sekitar dan membatu
pekerjaan mereka. Kami menginap selama beberapa hari di rumah penduduk
sekitar. Makan bersama mereka, bekerja bersama mereka dan tidur di rumah
mereka yang sangat sederhana. Sungguh pengalaman seorang pramuka yang
sesungguhnya tidaklah hanya bermain tali-temali atau menyanyi saja.
Pramuka, nama yang sungguh kurang menjual jika dibandingkan dengan
Palang Merah Remaja yang jelas-jelas belajar Pertolongan Pertama atau
Pecinta Alam yang jelas-jelas melakukan kegiatan memacu adrenalin
seperti arung jeram dan panjat tebing. Pramuka memang menjual sesuatu
yang menyeluruh. Mendidik anak-anak muda untuk menjadi seorang yang utuh
secara jiwa,raga dan spiritual. Tidak hanya orang yang kuat secara
fisik, tapi juga memiliki empati dan sifat rela menolong. Tapi kemampuan
yang dibangun itu lebih cenderung kepada soft skill yang
mungkin kurang terlihat wujud nyatanya. Tidak heran banyak orang tua
atau anak-anaknya sendiri menganggap pramuka tidak lagi relevan dan
enggan mengikuti kegiatan pramuka.
Sertifikasi yang didapat dari pramuka hanyalah dengan satu jahitan
yang terdapat di baju yang menjadi TKU dan TKK. Tidak ada pencatatan
khusus tentang siapa yang sudah menjadi pramuka tingkat apa dan dimana.
Kebanyakan institusi (sekolah dan perusahaan) juga tidak menganggap
pramuka sebagai suatu hal yang bisa dipandang lebih untuk mendaftar
sekolah atau pekerjaan. Karenanya adanya pencatatan, sertifikasi dan quality assurance dari
kegiatan pramuka mungkin akan meningkatkan minat anak-anak dan orang
tua untuk mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan kepramukaan ini.
Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan |
Sebenarnya menjaga
sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para
guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu mengusahakan
keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan dengan
sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman makna dari
seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak
korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang merupakan
remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak
korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja
yang baik tidak menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan
remaja.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?. Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari. Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja. Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal? Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja. Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas. Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan. Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan. Gejala-gejala ini telah menunjukan kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja mesum yang dilakukan oleh para remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum di taman sari Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di bukit dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan kebenarannya. Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja. terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar. Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja, semoga. |
PERAN PEMUDA DALAM PENDIDIKAN
Di usia yang lebih dari 62 tahun merdeka, ternyata pendidikan kita masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari antara lain belum terpenuhinya angggran pendidikan yang diamanatkan oleh konstitusi sebesar 20%, banyaknya sekolah-sekolah yang kondisinya sudah tidak layak, masih ada guru yang kualitasnya rendah, kontroversi UAN yang sampai sekarang masih belum selesai, dan yang masih hangat dibicarakan sekarang adalah beberapa Universitas terkemuka di Indonesia menolak masuk dalam perhimpunan SPMB, sistem pendidikan Indonesia yang kapitalistik, dan masih banyak lagi.
Untuk sekarang penulis tidak akan membahas satu persatu permsalahan di atas. Namun di sini akan lebih terfokus mengenai bagaimana peran generasi muda terhadap masyarakat dalam dunia pendidikan. Dengan membidik permasalahan-permasalahan yang ada di dunia pendidikan tersebut. Namun, sebelum itu tentu harus dipahami terlebih dahulu siapa pemuda itu? Apa yang membedakannya dari yang lain sehingga dia cukup mendapatkan tempat yang khusus di masyarakat.
Siapa Generasi muda?
Generasi Muda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun dari pengertian-pengertian generasi muda mengarah pada satu maksud yaitu kumpulan orang-orang yang masih memunyai jiwa, semangat, dan ide yang masih segar dan dapat menjadikan Negara ini lebih baik, orang-orang yang mempunyai pemikiran yang visioner.
Bahkan revolusi suatu bangsa itu biasanya didobrak oleh generasi mudanya. Terlepas dari apakah pemuda itu perlu digolongkan berdasarkan umur atau tidak. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Mentri Pemuda dan Olah raga Adiaksa Daud bahwa nanti akan ada pengaturan pemuda itu berdasarkan umur atau semangat.
Pelopor yang melakukan langkah-langkah konkret bagi perubahan bangsa kearah yang lebih baik dan kepekaan terhadap realita social yang ada di masyarakat, memang menjadi ciri utama yang melekat pada pemuda.
Di setiap bangsa, peran pemuda ternyata tidak sedikit. Pemuda menorehkan sejarah penting bagi negeri tersebut. Sebagai contoh gerakan-gerakan mahasiswa di Indonesia yang pernah terjadi sejak pra kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan reformasi. Yang mampu menumbangkan rezim besar seperti Soekarno dan Soeharto, semua itu diawali dari ide-ide segar dan semangat juang dari kaum muda yaitu mahasiswa. Selain itu revolusi kuba yang dipelopori oleh Che Guevara juga dari seorang pemuda.
Melihat contoh di atas dapat dilihat betapa besarnya pengaruh generasi muda itu bagi perubahan suatu bengsa. Bahkan nasib bangsa ini diletakkan di bahu generasi mudanya. Seperti yang dikatakan seorang anak muda bernama Soe Hok Gie bahwa sudah saatnya generasi muda bergerak dan melakukan perlawanan terhadap kaum-kaum tua yang memimpin negeri ini yang tidak berpihak kepada rakyat.
Lalu pertanyaannya sekarang apa yang bisa dilakukan generasi muda terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan?
Jangan sampai julukan pemuda hanya dianggap suatu fase rutinan saja dalam kehidupan manusia. Fase itu pasti datang, tapi bagaimana menjadikan fase tersebut bermakna dan berguna bagi perubahan bangsa ini kearah yang lebih baik.
Ini dia peran pemuda dalam Ppndidikan.,.,.
Setelah mengetahui siapa generasi muda dan bagaimana pengaruhnya dalam perubahan suatu bangsa, serta mengetahui permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan kita maka seharusnyalah pemuda ikut andil dalam perubahan bangsa ini dalam hal pendidikan. Haruslah pemuda menjadi garda terdepan yang memperjuangkan hak rakyat untuk memperoleh pendidikan, seperti diamatkan oleh UUD 1945 pasal 31.
Dalam salah satu artikel yang ditulis oleh H. Abd. Hamid Wahid M.Ag moralitas pemuda menyongsong millennium ketiga, ia menuliskan kalau kata kunci dalam menghadapi millenium kedepan mau tidak mau adalah peningkatan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah global.
Dan peran dari pemuda untuk mempelopori persiapan dalam hal peningkatan kualitas SDM ini sangat dibuthkan dan peningkatan kualitas SDM tentu saja tidak bisa lepas dari peningkatan kualitas pendidikan.
Pemuda yang notabenenya sebagai pelopor harus memberikan kontribusi yang konkret terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam mendobrak setiap kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Pemuda harus bisa menjadi pressure groups terhadap pemerintah. Advokasikan kepada pemerintah gagasan-gagasan yang sekiranya dapat menjadikan pendidikan di Negara ini lebih baik.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menyampaikan gagasan-gagasan tersebut, antara lain melalui perwakilan kita yang ada di DPR, mengikuti seminar-seminar, diskusi-diskusi, dan masih banyak lagi.
Ada langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain, membangun sekolah alternatif. Sekolah alternatif sebagai lembaga alternatif untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, tetapi berbeda dengan sekolah formal yang ada. Dan berdasarkan pengakuan dari siswa-siswa yang masuk sekolah alternatif, mereka justru lebih senang dan merasa sekolah alternatif lebih memberikan banyak manfaat ketimbang sekolah formal. Dan biasanya sekolah-sekolah alternatif ini didirikan latar belakangnya dari mahalnya biaya pendidikan di Indonesia.
Penulis ingat beberapa teman yang terlibat aktif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan Indonesia dengan membangun sekolah alternatif. Seperti teman-teman di daerah Garut yang membangun sekolah alternatif di daerah yang cukup terpencil yaitu kampung Danoo, kira-kira satu jam perjalanan dari pusat kota Garut. Di sana mereka membangun sekolah alternatif untuk membantu anak-anak yang tidak mampu atau putus sekolah.
Selain itu ada kawan-kawan mahasiswa yang juga menjadi pengajar di sekolah alternatif yang bernama Taboo yang ada di daerah Dago Pojok Kota Bandung. Yang bergerak untuk membantu anak-anak dalam belajar setelah mereka sekolah serta mengembangkan potensi-potensi anak yang tidak sempat dikembangkan ketika anak disekolah karena padatnya materi teoritis yang harus dijejali kepada anak.
Tidak hanya itu, pemuda juga dapat berjuang melalui tulisan. Sebagai contoh, mahasiswa yang aktif dalam media kampus sering kali menulis dan mengangkat tema mengenai bagaimana pendidikan di Indonesia. Hal ini tidak lain dimaksudkan agar mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah sadar bagaimana sebenarnya kondisi pendidikan di Negeri ini. Dengan senjata media, pemuda juga dapat menyadarkan masyarakat bagaimana sebenarnya kondisi pendidikan Indonesia saat ini, karena terkait dengan fungsi dari media.
Ada juga pemuda yang arah gerakannya lebih kepada turun langsung ke jalanan. Aksi menuntut pemuerintah lebih memperhatikan nasib pendidikan di Negeri ini. Bagaimanapun metode aksinya yang penting dapat aspirasi masyarakat
Dapat disampaikan kepada pemerintah dengan harapan keadaan pendidikan dapat berubah kearah lebih baik.
Selain itu pemuda juga bisa bergerak melalui jalan advokasi kepada masyarakat secara langsung. Artinya pemuda turun langsung masuk ke sektor masayarakat secara langsung dan memberikan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Contoh-contoh di atas hanya beberapa dari arah atau sumbangsih pemuda terhadap upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Apa pun arah dan cara yang dilakukan generasi muda ini, sedikit atau banyak, cepat atau lambat pasti akan dapat berguna bagi negeri ini terutama dalam hal pendidikannya.
Di tengah krisis yang melanda negeri ini tentunya SDM-SDM yang berkualitas sangat dibutuhkan. Dan peningkatan kualitas SDM ini hanya dapat ditempuh melalui pendidikan yang berkualitas pula. Ketika negara tidak mampu memenuhi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pemuda harus bergerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar